Dec 19

Keberadaan Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi (FSTPT) bertujuan untuk mendorong peningkatan interaksi dan komunikasi antar sesama mahasiswa, staf pengajar, dan peneliti di setiap universitas/institut di tanah air yang terlibat dalam kegiatan pendidikan/pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat di bidang transportasi. FSTPT merupakan wadah tempat bertukar informasi. Membagi pengalaman serta menyelaraskan kebijakan dalam kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi minimal dalam bentuk pertemuan formal setahun sekali.

Dec 20

Kepengurusan baru FSTPT periode 2008-2010 mengadakan rapat koordinasi di Ruang Cenderawasih Wisma Kagama, UGM pada tanggal 20 Desember 2008.

Hal utama yang dibahas pada pertemuan ini adalah pembentukan pengurus FSTPT periode 2008-2010. Hal lain yang menjadi tema pembahasan adalah (1) sinkronisas jadwal pelaksanaan konferensi FSTPT 2009 dan EASTS 2009 yang keduanya dilaksanakan di Surabaya, (2) rencana finalisasi AD/ART FSTPT, (3) Rencana acara tengah tahunan FSTPT Maret 2009 di UGM, (4) sumber pendanaan FSTPT, (5) keberlanjutan Jurnal Transportasi, (6) persiapan awal Universitas Petra sebagai tuan rumah Konferensi FSTPT 2009, serta (7) rencana audiensi FSTPT dengan Dirjen Dikti.

Dec 19

JAKARTA, JUMAT — Sejumlah operator taksi di Jakarta menilai bahwa turunnya harga BBM jenis premium dan solar tidak terlalu signifikan sehingga diperkirakan tidak akan memengaruhi tarif taksi.

Humas Blue Bird Group Teguh Wijayanto di Jakarta, Jumat (19/12), mengatakan, penurunaan harga premium terakhir dari Rp 5.500 menjadi Rp 5.000 dinilai belum ideal dibandingkan dengan kenaikan harga premium sebelumnya dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.000 per liter.

Karena itu, katanya, pihaknya enggan menurunkan tarif armadanya karena harga suku cadang saat ini dianggap masih relatif tinggi.

Perusahaan taksi berlambang burung itu akan berusaha mempertahankan tarif yang sekarang, yakni buka pintu Rp 6.000, tarif jalan per km Rp 3.000, dan tarif tunggu sebesar Rp 30.000.

Ia mengatakan, saat harga premium dinaikkan sebesar 28 persen, operator taksi harus bekerja ektra untuk menutupi pengeluaran. Sebab, kenaikan tarif taksi yang disetujui hanya 20 persen. “Padahal, dalam hitung-hitungan kami, saat harga BBM dinaikkan, idealnya tarif taksi naik sebesar 28 persen. Namun, pemerintah hanya menaikkan 20 persen,” ungkap Teguh.

Meski begitu, kata Teguh, pihaknya tetap menyerahkan masalah penyesuaikan tarif taksi kepada pemerintah, dalam hal ini Pemprov DKI dan Organda. “Pada prinsipnya, kami menyerahkan masalah itu ke Pemprov dan Organda. Bagaimana nanti, kami akan ikut,” ujarnya.

Namun, di luar keputusan Pemprov dan Organda nanti, Teguh berharap tarif taksi tidak diturunkan. Sebab, turunnya harga BBM dari Rp 6.000 menjadi Rp 5.000 belum dapat dirasakan oleh perusahaan. “Rata-rata harga onderdil kendaraan di Indonesia ini tergantung dengan nilai tukar dollar. Sekarang, kita lihat apakah dollar turun,” ujar Teguh.

Menurut Teguh, penurunan harga premium dari Rp 6.000 menjadi Rp 5.000 ini yang untung adalah pengemudi atau sopir taksi. Karena sopir taksi bisa menghemat anggaran BBM-nya sebesar Rp 1.000 per liter. ”Kalau kemarin, sopir taksi harus bekerja keras untuk dapat mengejar uang setoran, tapi sekarang mereka sedikit bisa bernapas lega,” ujarnya.

Selain Blue Bird Group, operator taksi yang juga mengaku enggan menurunkan tarif adalah operator taksi Gamya. ”Memang harga BBM menjadi salah satu komponen yang bisa memengaruhi tarif taksi. Penurunan BBM saat ini tidak signifikan sehingga tidak memengaruhi tarif taksi,” kata Direktur Utama Gamya Mintarsih Alatif.

Mintarsih mengungkapkan, pengaruh harga BBM terhadap tarif taksi hanya sebesar 30 persen, sisanya komponen lainnya seperti suku cadang. “Nah, suku cadang ini komponen paling besar yang bisa memengaruhi tarif taksi. Sekarang lihat, harga suku cadang sangat tinggi, jadi sulit bagi kami menurunkan tarif,” katanya.

Diambil dari kompas.com | link: http://www.kompas.com/read/xml/2008/12/19/11145759/operator.taksi.enggan.turunkan.tarif